Renungan

Don’t Judge A Book By Its Cover

Jangan Nilai Buku Dari Sampulnya

Pepatah lama mengingatkan kita tentang: don’t judge a book by its cover. Arti dari pepatah ini adalah kita jangan menilai buku dari sampulnya, sebaik dan seindah apa pun sampul atau tampilannya. Contoh kasus yang dapat dihubungkan dengan pepatah ini adalah kisah Abraham.

Dalam Kitab kejadian dikisahkan bagaimana Abraham menerima tamu. Tak tanggung-tanggung tamu itu adalah Tuhan sendiri. Abraham melihat Tuhan dalam kehadiran 3 orang di depan kediamannya. Abraham bersujud dan menerima tamu di depan pintunya. Lebih jauh, dia mempersilahkan mereka masuk ke rumah dan menjamu mereka. Service Abraham terbilang komplit. Tak Cuma basa-basi tetapi dari hati mendalam dan penuh rasa hormat. Tamu agung tersebut akhirnya menyampaikan substansi kunjungan mereka: Tahun berikutnya, Sara, istri Abraham yang dinyatakan mandul itu akan mendapatkan seorang anak.

Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.

Kejadian 17:5
ilustrasi jangan nilai buku dari sampulnya

Selanjutnya dalam Injil Lukas dikisahkan Yesus berkunjung ke rumah Marta dan Maria. Marta sibuk mengurus keperluan menyambut Tuhan. Dia dikatakan sibuk sekali. Di sisi lain, ada Maria yang duduk di kaki Yesus dan mendengarkanNya. Dalam tafsiran atas injil ini kelihatan yang dipuji adalah sikap Maria. Tapi sebetulnya, Yesus tidak meniadakan peran Marta. Yesus berlaku adil atas keduanya dan menekankan bahwa keduanya punya peran penting dalam penerimaanNya.

Sesuai pepatah di atas, Yesus mengajarkan kita untuk tidak menerima Dia pada tampilan lahiriah semata. Kita harus memasuki substansi alias menerima Dia, mendengarkan Dia dan membiarkan Dia berbicara dalam hidup kita.

Mengenal Tuhan Lebih Dalam

Maria dipuji Yesus diibaratkan dengan membaca sebuah buku. Tak hanya melihat judul tapi masuk dalam intisari buku yang artinya sebuah penerimaan akan Yesus yang tidak cuma di depan pintu; atau basa-basi tanpa melihat siapa Yesus yang sesungguhnya. Ibarat sebuah buku, Yesus mengajak kita tak cuma melihat cover tetapi lebih jauh melihat isinya.

Demikianlah menerima Yesus berarti menyadari substansi dari kehadiran Tuhan yang menyelamatkan. Kita tidak boleh berhenti pada aktivitas lahiriah ibadah  tetapi lebih lanjut sampai pada sikap tobat, misalnya. Atau sanggup menerjemahkan pertemuan itu dalam semangat cinta. Menerima Tuhan dengan tulus dan murni tak mengecewakan. Abraham dan Sara dijanjikan keturunan. Dan itu benar terjadi pada Ishak. Paulus juga yang telah menerima Yesus dan mewartakanNya diganjari sukacita. Paulus merasa dikuatkan karena yang diwartakanNya adalah rahasia agung dan mulia yakni Kristus. Dialah pengharapan dan kemuliaan.

Inspirasi lain yang bisa dibaca:

Penilaian dan Komentar anda:

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maxi Lela
Maxi Lela
1 year ago

Terimakasih Tuang,. Renungan singkatnya sangat menginspirasi dan menyentuh hati…

2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x