Salah satu keutamaan kristiani adalah hidup doa. Terkait hal tersebut, saya diingatkan supaya dalam doa jangan bertele-tele dan terlalu lama menutup mata. Peringatan dini itu dihubungkan dengan sebuah kisah nyata. Sampai saat ini tempat kejadian perkara masih disembunyikan untuk menjaga privasi.
Pada suatu ketika, seorang pastor mendoakan orang yang sakit atas usulan beberapa umat. Pastor ancang-ancang ambil sikap doa dan mulai menutup mata. Untaian kalimat demi kalimat meluncur dari mulut pastor untuk kesembuhan umat itu. Lima menit berlalu, doa belum juga selesai. Pastor itu tetap menutup matanya diikuti umat lainnya. Yang tak diketahui oleh pastor adalah ternyata umat yang didoakan mengalami gangguan jiwa alias gila. Pada saat pastor dan umat lain tekun berdoa, tiba-tiba si sakit ini mulai berulah. Diam-diam, orang sakit ini mengambil sebatang kayu dan menghantam tulang kering (baca: salong) sang pastor. Sontak saja, pastor tersebut meringis kesakitan. Umat pun heboh dan mengejar orang sakit yang ga ada akhlak itu. Inikah senjata makan tuan?
Kisah di atas sungguh menarik dan menggelitik. Tak ada pihak yang perlu dihakimi. Kita bisa menarik pesan tentang doa yang padat dan jelas. Selanjutnya pengalaman itu tidak mengubah makna doa. Doa akan tetap menjadi doa sejauh dimaknai sebagai komunikasi dengan Tuhan. Sebagai sarana komunikasi, doa harus tetap dilakukan dalam setiap kondisi kehidupan manusia; saat suka maupun duka. Selanjutnya anekdot di atas menunjukkan betapa kayanya berpastoral di tengah umat. Ada kisah sedih, tetapi juga ada kisa lucu. Semuanya memperkaya hidup pelayanan Gereja. Satu hal yang penting yang harus digarisbawahi adalah: Terus wartakanlah Sabda Allah! Siap sedialah selalu, baik atau tidak waktunya. Nyatakanlah apa yang salah, tegur dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran (Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius 4:2).
Inspirasi lain yang bisa dibaca:
Bagikan tulisan ini:
Penilaian dan Komentar anda:
Ngakak
Hahah
Haha… Haha… Haha…
siapa dulu penulisnya..thx pp Pasky
Om Pasti spt blm tau saja penulisnya
Berdoa dan berkarya harus seimbang. Jangan kebanyakan doa tapi aksi nyata kurang (terlalu lama menutup Mata), atau pun sebaliknya. Mungkinkah Tuhan hadir dalam diri orang gila itu, hahaha, su tugas di mana romo?